top of page

Area Pembuangan Sampah Piyungan Semakin Sesak dengan Volume Sampah yang Terus Bertambah

Updated: Nov 29, 2019

Penulis: Igantio Yoga


ree

Foto: Volume sampah yang menggunung di TPST Piyungan pada Sabtu (16/11/2019)


YOGYAKARTA, EDUTIONALNEWS – Wilayah RT. O3, Piyungan, salah satu daerah yang sangat dekat dengan dermaga Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) Piyungan, Bantul, Yogyakarta,sangat merasakan dampak dari bertambahnya volume sampah yang terus dikirim di dekat wilayah tinggal mereka. Menurut keterangan Ketua RT. 03, Piyungan, Mujiem (49) Sejak Tahun 2010 saat dia menjabat ketua RT hingga saat ini, menjelaskan sampah yang dikirim ke TPST Piyungan kembali bertambah banyak setelah juga sempat terjadi penutupan akses jalan ke TPST oleh warga, Maret 2019 lalu.


“Apalagi ketika musim hujan, limbah dari truk pengangkut sampah itu pasti menetes atau berceceran dijalanan sehingga baunya justru menyengat sampai kedalam rumah-rumah warga” Ujar Mujiem. Termasuk rumah Ketua RT. 03 Piyungan, Mujiem yang jaraknya juga sangat dekat dengan dermaga TPST, yaitu sekitar 300 Meter dari dermaga pembuangan sampah.


Mujiem juga menambahkan, dari gundukan volume sampah yang semakin terus bertambah dan melebar mendekati pemukiman masyarakat, khususnya di RT.03 Piyungan, menyebabkan polusi udara yang kurang baik bagi kesehatan masyarakat sini terutama pernapasan menjadi sangat terganggu. Sehingga warga termasuk dirinya juga sering terkena gangguan seperti batuk-batuk dan sesak napas.


Dalam hal solusi pengurangan sampah dengan mendaur ulang oleh masyarakat sekitar juga belum efektif berjalan sepenuhnya. “Dulu sempat ada dari Mahasiswa kesini, lalu seperti memberikan penyuluhan daur ulang sampah plastik tapi ya akhirnya programnya tidak lama langsung berhenti.” Imbuh Mujiem.


Lain halnya jika menurut keterangan dari salah seorang pengepul sampah daur ulang, Sehono (56) yang tidak terlalu mempersoalkan volume sampah di TPST Piyungan karena justru dari penjualan sampah-sampah daur ulang yang dikumpulannya dapat membantu mata pencahariannya. “Alhamdulillah saya lebih senang untuk bekerja menjadi pengepul, karena kalau tukang bangunan (profesi sebelumnya) justru penghasilannya lebih sedikit dan tenaga yang dikeluarkan juga lebih berat.” Ujar Sehono.


Permasalahan mengurangi volume sampah di Yogyakarta menjadi sebuah konsentrasi baru bagi seluruh pihak elemen masyarakat untuk mencari solusinya. Bagaimana tidak, menurut catatan Lembaga Swadaya Masyarakat Wahana Lingkungan Hidup (LSM Walhi) Yogyakarta dampak dari permasalahan volume sampah yang terus bertambah, bisa sangat dirasakan dampaknya oleh masyarakat yang bertempat tinggal di sekitaran area pembuangan sampah terpadu.


“Bank sampah yang berkelanjutan juga banyak yang mati ditengah jalan. Sehingga perlu

adanya sebuah evaluasi, sebab itu kan bisa sebagai salah satu langkah edukasi masyarakat juga untuk mengelola sampah yang berkelanjutan.” kata Vicki, Divisi Program Monitoring Wahana Lingkungan Hidup (WALHI) Yogyakarta, saat ditemui EdutionalNews di Kantor WALHI Yogyakarta Rabu (27/11/2019).


Dijelaskannya, sebuah indikator keberhasilan dari bank sampah bukan dari jumlah anggota maupun banyaknya sampah yang disetor setiap harinya, melainkan seberapa efetif peran bank sampah dalam mengurangi tingkat volume sampah yang akan dibuang ke TPA atau TPST.

Recent Posts

See All

Comments


© 2023 by James Consulting. Proudly created with Wix.com

bottom of page