top of page

Bercerita : Membuka Jendela Dunia

Penulis: Caroline Arshita



ree

Foto: Hesty, salah satu fasilitator Sanggar Anak Alam


YOGYAKARTA, EDUTIONALNEWS - Senyum ramah terukir di wajahnya siang itu, sudah pukul 11.00 WIB tetapi semangat masih terpancar lewat tatapan matanya. “Mulai kelas pukul 08.00, untuk TK selesai pukul 11.00” begitu tutur Hesti pada siang hari itu (20/11). 


Akrab di sapa Hesti, perempuan berparas cantik dengan rambut sebahu tersebut sudah mengajar di Sanggar Anak Alam (SALAM) selama 13 tahun. SALAM memang bukan seperti sekolah pada umumnya, baju yang mereka kenakan bukan seragam, bahan utama belajar pun bukan buku paket seperti anak-anak disekolah formal lainnya.


“Mereka (murid SALAM) dibiasakan untuk menceritakan apa yang mereka minati, sekolah hanya sebagai fasilitator saja, selebihnya mereka eksplor sendiri”. Metode seperti itulah yang sehari-hari diajarkan di sekolah ini, hal unik tersebut merupakan salah satu alasan ibu Hesti masih mengajar sampai detik ini.


Berawal dari anak laki-lakinya yang ingin sekolah tetapi malas bangun pagi, Hesti akhirnya melihat sebuah artikel di Kompas mengenai sekolah yang masuk pukul 08.00 WIB, tanpa seragam tanpa buku dan tanpa guru. Kemudian beliau mengunjungi sekolah tersebut dan mendaftarkan anaknya untuk dapat menimba ilmu di tempat tersebut. Diketahui sekolah tersebut adalah tempat beliau mengajar saat ini.


Dari TK sampai lulus SD bersekolah di SALAM, saat hendak melanjutkan pendidikan ke SMP anak sulung Hesti memilih untuk masuk ke sekolah formal. Walaupun anaknya sudah tidak bersekolah di SALAM lagi, Hesti tetap melanjutkan aktivitasnya di SALAM sebagai tenaga pengajar. 


“Memahami dan menumbuhkan rasa ingin tahu pada anak-anak terutama anak TK itu merupakan tantangan tersendiri bagi saya”. Pernyataan ini yang menjadi alasan Hesti belum bersedia untuk move on dari jenjang TK. 


Menjadi tenaga pendidik bukanlah tugas yang ringan, menjadi tenaga pendidik merupakan titik awal untuk membangun karakter seseorang. Terkhusus karakter anak yang masih mudah untuk di bentuk. Karena mudahnya anak-anak menyerap segala informasi yang diberikan, membuat pengetahuan yang masuk ke anak pun harus sesuai porsinya. 


Menurut Hesti pola pendidikan di Indonesia masih terlalu terkekang aturan-aturan yang sebenarnya bertentangan dengan kebutuhan anak. Dari SD anak diminta menguasai semua mata pelajaran, tidak dikelompokkan sesuai minatnya masing-masing. Hal-hal kecil tersebut yang kurang menjadi perhatian dari Pemerintah terutama Dinas Pendidikan

Comments


© 2023 by James Consulting. Proudly created with Wix.com

bottom of page